Memasyarakatkan Sejarah
oleh : Bimo Adriawan
Sejarah |
Saya rasa anggapan tersebut terus mengendap dalam memori kolektif masyarakat sehingga mengakibatkan ilmu sejarah peminatnya sedikit. Dapat dikatakan bahwa bangsa ini mengalami amnesia sejarah atas kehendaknya sendiri baik secara sadar maupun tidak sadar sehingga banyak orang yang berbicara sejarah tanpa tahu apa sejarah itu dan metodenya seperti apa.
Amnesia Sejarah |
Tulisan Herman Ibrahim tadi secara resmi ditanggapi oleh sejarawan Reiza D. Dienaputra dalam tulisannya yang berjudul “Membuat Bangsa ini Melek Sejarah”. Dalam tulisannya Reiza D. Dienaputra secara sistematis menjelaskan apa itu sejarah dan bagaimana metode sejarah sehingga ilmu sejarah bisa dikatakan ilmiah. Tulisan Reiza D. Dienaputra patut diperhatikan secara mendalam, karena benar-benar memberikan pengetahuan mengenai ilmu sejarah yang sama sekali belum diketahui oleh masyarakat awam.
Pikiran Kolektif |
Keadaan ini sangat timpang yang mengakibatkan lahirnya orang-orang yang berbicara mengenai sejarah tanpa didasari oleh ilmunya, hal ini juga mungkin saja terjadi pada disiplin ilmu yang lain. Tulisan yang menerangkan Ilmu sejara dari Reiza D. Dienaputra, benar-benar dibutuhkan dalam kondisi ini. Para sejarawan sudah seharusnya mampu menjelaskan sejarah secara lebih ringkas dengan bahasa yang sederhana sehingga mampu mengubah pandangan masyarakat mengenai ilmu sejarah.
Pengekslusifan yang dilakukan oleh masyarakat secara sadar harus bisa dihilangkan karena sejarah,pada faktanya tidak hanya berbicara mengenai buku dan hapalan. Banyak hal-hal menarik dari sejarah yang mungkin menjadi korban anggapan negatif masyarakat. Kembali kepada artikel tadi, Herman Ibrahim adalah orang yang tertarik dengan sejarah, dan sayangnya ketertarikannya ini tidak dibarengi dengan ilmu yang menjadi inti dari ilmu sejarah sehingga dalam tulisannya terkesan emosional dan terburu-buru dalam menarik kesimpulan dan terkesan memukul rata karya sejarah dan sejarawan.
Ahmad Mansur Suryanegara, Salah Satu Sejarawan yang Peduli kepada Sejarah Islam Indonesia |
Benar apa yang ditulis oleh Reiza D. Dienaputra bahwa sejarawan tidak diam, dan rekonstruksi sejarah bisa dikatakan sangat dinamis, semua itu bergantung pada sumber, apabila ditemukan sumber baru yang lebih kuat maka sejarawan harus menggunakan sumber itu karena sejarawan menjunjung objektivitas.
Dalam merekonstruksi masa lampau seorang sejarawan dalam buku pengantar ilmu sejarah karangan Kuntowijoyo seperti sedang menyusun batang korek api, susunan apa yang disusunnya itulah historiografi, sehingga dapat dikatakan bahwa sumber yang sama bisa menghasilkan rekonstruksi yang berbeda-beda tergantung kepada siapa yang menulisnya.
Sejarah tidak bisa berangkat dari sesuatu yang kepastiannya diragukan (contoh: katanya…). Hal ini sangat dihindari karena menimbulkan subjektivitas. Begitu pula dengan sejarah Islam di Indonesia, memang pelajaran sejarah dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas sedikit sekali menyinggung mengenai Islam. Hal itu mungkin disebabkan oleh kurangnya karya-karya penulis nasional dalam menulis sejarah Islam atau memang sengaja ditiadakan oleh penguasa.
Kesederhanaan |
Kesimpulannya, masyarakat Indonesia mayoritas tidak memahami sejarahnya sendiri, hal ini harus segera ditanggulangi dengan cara memasyarakatkan sejarah. Langkah nyatanya adalah, penyampaian sejarah haruslah dilakukan dengan ringkas serta menggunakan bahasa-bahasa yang biasa digunakan oleh masyarakat setiap harinya. Hal tersebut dimaksudkan untuk mengakrabkan sejarah dengan masyarakat.
3 Maret 2009
Sumber Gambar:
Sejarah
http://www.readingpl.org/
Amnesia Sejarah
http://bundamahes.wordpress.com/
Pikiran Kolektif
Ahmad Mansur Suryanegara; Salah Satu Sejarawan yang Peduli kepada Sejarah Islam Indonesia
Kesederhanaan
No comments:
Post a Comment