Friday 27 April 2012

MAHASISWA DAN TEKNOLOGI

Mahasiswa dan Teknologi

Internet, Jendela Baru Dunia
Teknologi hadir untuk memudahkan manusia dalam melakukan aktivitasnya. Teknologi terus berkembang dari mulai yang sederhana sampai yang rumit.  Penggunaan teknologi pun tidak hanya untuk kemaslahatan tetapi ada juga yang menggunakannya untuk kemudharatan. Inilah yang harus kita cermati, terdapat dua sisi, baik dan buruk sudah tentu kami menyarankan untuk menggunakan teknologi dari sisi baiknya, yaitu untuk menunjang produktivitas yang positif sehingga diharapkan dapat bermanfaat  bagi diri sendiri maupun orang lain.



Mahasiswa adalah intelektual muda yang merupakan agen perubahan dalam masyarakat.  Perubahan ini dapat dicapai melalui berbagai hal. Penggunaan teknologi contohnya, (kami lebih  menekankan kepada internet dengan pertimbangan jumlah pengguna internet terus bertambah) mahasiswa banyak yang menggunakan internet, mereka rata-rata mempunyai account Facebook, Twitter, Yahoo! Mail, dsb.

Dunia dalam Genggaman
Ya, seperti disebutkan di atas, mahasiswa banyak menggunakan jejaring sosial sebagai tempat mereka bersosialisasi. Apakah itu bisa dikatakan sebagai mahasiswa? Atau hanya orang awam biasa?  Saya rasa, perlu ada pendefinisian ulang mengenai mahasiswa dan kaitannya dengan teknologi termasuk internet.  Apa itu mahasiswa? Apa itu teknologi? Dan apa itu mahasiswa yang berteknologi?   Apa bedanya mahasiswa yang berteknologi dengan orang awam yang berteknologi? Pembatasan itu harus diperjelas sehingga dapat terlihat perbedaannya dengan jelas.

Saya sangat berharap, peran yang lebih dari mahasiswa dalam menggunakan teknologi. Tidak hanya menggunakan jejaring sosial untuk update status, mahasiswa pun memiliki kewajiban dalam penyebarluasan pengetahuan kepada masyarakat awam di tengah mahalnya biaya pendidikan saat ini.

Ilmu pengetahuan, opini-opini, seharusnya menjadi kebiasaan mahasiswa dalam menggunakan internet. Akses masyarakat awam kepada pendidikan di negeri ini masih memprihatikan, oleh karena itu, Saya tegaskan lagi, mahasiswa merupakan agen-agen perubahan, bukan agen-agen yang lainnya. Perubahan disini tentu perubahan masyarakat untuk menjadi lebih baik dengan pengetahuan-pengetahuan yang tidak mereka dapatkan tapi mahasiswa mendapatkannya.

Akses Internet Semakin Mudah dan Murah
Bangsa ini akan terus terpuruk ketika hal yang mendasar, pendidikan sulit diakses oleh rakyat, kualitas pendidikan (sarana dan prasarana) yang timpang dan umumnya masih rendah, dan mahasiswa tidak menempatkan dirinya sebagai agen perubahan masyarakat yang independen.

Jadi, saya mengajak kepada mahasiswa Indonesia, mari kita gunakan teknologi internet sebagai tempat kita berbagi ilmu dengan masyarakat. Inilah salah satu jalan dari sekian banyak jalan untuk mencerdaskan masyarakat yang bisa dilakukan oleh mahasiswa.

Ayo kita menjadi mahasiswa yang berteknologi!

Sumber Gambar:
Internet, Jendela Baru Dunia
http://technologyinventory.tumblr.com/


Dunia dalam Genggaman
http://www.acehbarat.com/

Akses Internet Semakin Mudah dan Murah
http://www.tonikun.com/

Wednesday 25 April 2012

KEMEROSOTAN PEMIKIRAN UMAT ISLAM INDONESIA

KEMEROSOTAN PEMIKIRAN UMAT ISLAM INDONESIA


Islam
Fenomena umat sikap emosional umat islam dalam menghadapi hinaan dan cacian terhadap Islam merupakan bukti dari kemerosotan pemikiran umat islam khususnya di Indonesia. Contohnya ketika Nabi Muhammad dan Islam dicap sebagai teroris oleh barat, Umat Islam di Indonesia langsung turun ke jalan bersama-sama mengecam penghinaan itu padahal mereka yang turun ke jalan tidak seluruhnya menjalankan Syariat Islam yang dibawa oleh nabi.


Penghinaan terhadap Islam bukan hal yang baru, pada abad 7 M ketika masa kerasulan Muhammad, Islam mengalami penghinaan. Dalam menghadapi penghinaan itu, Rasullullah bersabar dan tidak emosional. Saya berpendapat, apabila seseorang ingin menjadi muslim yang utuh, contoh idealnya adalah Rasulullah kemudian para sahabatnya. Jadi, seharusnya sikap umat Islam dalam menghadapi hinaan dan cacian mencontoh Rasullulah maupun sahabat. Kuncinya, tentu dengan mendalami Al-Quran dan Hadist dan akan menjadi sangat baik dengan pendalaman Sejarah Islam dan Rasulullah.

Sikap umat Islam dalam menghadapi hinaan terhadap Islam yang tidak mencontoh sikap Rasullulah menandakan kurang pahamnya umat Islam di Indonesia terhadap keislamannya. Kemerosotan ini terjadi di berbagai bidang keislaman, dalam contoh kasus di atas pemahaman mengenai sejarah Rasullulah tidak sepenuhnya diserap oleh umat Islam.

Cintailah dan Contohlah Rasulullah...
Provokasi terhadap umat Islam seharusnya ditanggapai dengan cara yang baik dan sesuai dengan yang dicontohkan oleh Rasullulah. Saya memandang provokasi yang dilakukan oleh khususnya Barat merupakan upaya untuk memancing sikap emosional umat Islam agar melakukan kontak fisik yang bisa menjadikan negara-negara Barat memiliki alasan untuk memerangi umat Islam dengan dalih terorisme. Saya berpendapat seharusnya umat Islam di Indonesia dan dimanapun berada tidak sekedar mengatakan bahwa saya Islam tapi menunjukkan bahwa saya Islam. wallahu a’lam

Sumber Gambar:
Islam
http://1artikelislam.blogspot.com/

Cintailah dan Contohlah Rasulullah...
http://diarihati.com/

Monday 23 April 2012

GAGALKAH HISTORIOGRAFI INDONESIASENTRIS?

GAGALKAH HISTORIOGRAFI INDONESIASENTRIS?


Gagalkah?
Setelah membaca buku Gagalnya Historiografi Indonesiasentris?! karya Bambang Purwanto, saya begitu terkejut sekaligus terkagum pada buku ini. Saya terkejut ketika pertama kali membaca judul buku ini, menurut saya judul buku ini sangat berani karena saya pikir perjalanan historiografi Indonesia sudah berjalan cukup lama setidaknya dimulai sejak kemerdekaan bangsa Indonesia pada tahun 1945.

Perjalanan yang panjang itu ternyata masih mengalami kecacatan paling tidak buku ini berani mengemukakan kecacatan itu. Disamping itu hal yang mengejutkan lagi adalah dalam karya ini disinggung karya-karya sejarah lainnya yang digunakan sebagai contoh penulisan sejarah yang “cacat”  termasuk karya guru-guru dari Bambang Purwanto sendiri, sangat mengejutkan.

Buku ini tidak hanya membuat saya terkejut tetapi juga membuat saya terkagum. Hal yang membuat saya terkagum adalah karya ini tidak sekedar mengkritik historiografi Indonesia tetapi juga sekaligus menawarkan sebuah historiografi yang benar-benar Indonesia sentris.

Sebuah kritik yang membangun ini perlu diperhatikan oleh para sejarawan demi perbaikan dalam penulisan sejarah. Saya akan coba mengulas sedikit buku ini, saya akan membaginya kedalam tiga bagian, yaitu: definisi historiografi Indonesiasentris, letak kegagalan historiografi Indonesiasentris, dan jalan baru historiografi Indonesiasentris. Berikut ulasannya

A. Definisi historiografi Indonesiasentris

Bung Karno
Apa sebenarnya definisi dari historiografi Indonesiasentris? Historiografi Indonesiasentris adalah penulisan sejarah yang bersudut pandang Indonesia mudahnya karya sejarah yang ditulis oleh bangsa Indonesia sendiri dengan sudut pandang bangsa Indonesia sendiri. Historiografi Indonesiasentris merupakan antithesis dari historiografi kolonialsentris.

Artinya historiografi Indonesiasentris seharusnya menulis apa yang tidak ditulis dalam historiografi kolonialsentris. Rakyat Indonesia sebagai pelaku sejarahlah yang tidak pernah ditulis dalam historiografi kolonialsentris. Jadi, sudah seharusnya sejarawan Indonesia menulis sejarah mereka yang dipinggirkan dalam historiografi kolonialsentris. Sehingga dapat diartikan bahwa penulisan sejarah yang mengusung Indonesiasentris tetapi masih belum menyajikan hal yang dipinggirkan sebenarnya tidak berbeda dari historiografi kolonialsentris.

Historiografi Indonesiasentris selain memiliki tanggung jawab dalam menulis hal yang “dipinggirkan” dalam historiografi kolonialsentris juga harus kritis dalam melakukan penulisan sejarah Indonesia. Selama ini historiografi Indonesiasentris dapat dikatakan sering mengabaikan sikap kritis dalam penbuatannya.

Pada periode awal penulisan sejarah Indonesiasentris, para sejarawan menulis sejarah bangsa Indonesia dengan egosentrisme yang sangat tinggi dan semuanya berujung kepada ultranasionalisme bahkan karya-karya sejarah yang dibalut ultranasionalisme masih terus diproduksi oleh sejarawan Indonesia. Sudah seharusnya kritik sejarah digunakan dengan baik dan benar dalam penulisan sejarah Indonesia.

Jadi, historiografi Indonesiasentris merupakan sebuah penulisan sejarah dengan sudut pandang pribumi yang seharusnya mengedepankan penulisan sejarah yang kritis dengan menempatkan rakyat sebagai pelaku sejarah tanpa egosentrisme yang berujung pada ultranasionalisme.

B. Letak Kegagalan Historiografi Indonesiasentris

Dimana sebenarnya letak kegagalan historiografi Indonesiasentris? Setelah mengetahui definisi dari historiografi Indonesiasentris maka akan terlihat dimana letak kegagalan historiografi Indonesiasentris. Berdasarkan pengertian dari historiografi Indonesiasentris, yang artinya adalah penulisan sejarah yang bersudut pandang pribumi yang seharusnya mengedepankan penulisan sejarah yang kritis dengan menempatkan rakyat sebagai pelaku sejarah tanpa egosentrisme yang berujung pada ultranasionalisme maka banyak karya-karya sejarawan Indonesia yang terkategori sebagai historiografi Indonesiasentris ini.

Rakyat
Banyak bagian penting yang telupakan dalam penulisan sejarah Indonesia. Sejarawan seringkali lupa akan hal yang terpinggirkan dalam historiografi kolonial. Hal yang terpinggirkan dalam historiografi kolonial adalah peran rakyat dalam sejarah. Berangkat dari definisi historiografi Indonesiasentris, penempatan rakyat sebagai subjek atau pelaku sejarah dalam historiografi Indonesiasentris merupakan suatu keharusan.

Permasalahan yang kemudian timbul adalah definisi rakyat dalam penulisan sejarah Indonesia selama ini masih sangat sempit. Dalam perjalanan penulisan sejarah Indonesia, sebagian besar karya sejarah para sejarawan Indonesia masih berkutat dalam hal-hal yang “istimewa” atau “luar biasa” seperti tokoh-tokoh besar atau pun peristiwa-peristiwa yang besar, sedangkan hal-hal yang “biasa” tidak mendapatkan tempat dalam penulisan sejarah.

Pencurian
Pengertian hal “biasa” adalah semua hal di luar tokoh-tokoh atau peristiwa-peristiwa besar. Penempatan rakyat sebagai pelaku sejarah tidak dilakukan sepenuhnya. Selama ini hal-hal yang terjadi dalam masyarakat pribumi prakolonial, kolonial maupun pascakolonial selalu dikait-kaitkan dengan pihak kolonial.

Pengaitan itu secara sadar atau tidak telah memungkiri peran pribumi. Contohnya konflik yang terjadi antar golongan pribumi selalu dikaitkan dengan pihak kolonial hal ini berarti golongan pribumi selalu statis dan selalu menjadi objek dan menempatkan pihak kolonial sebagai subjek, hal ini menjadikan penulisan sejarah Indonesia seolah-olah Indonesiasentris tetapi secara tidak sadar masih kolonialsentris.

Di samping memungkiri peranan pribumi, penulisan sejarah Indonesia selama ini hanya mengangkat sejarah tokoh-tokoh atau peristiwa-peristiwa besar saja. Peranan wanita tidak pernah dibahas, membuat sejarah ini terkesan hanya dimiliki oleh laki-laki, wanita tidak memiliki sejarah walaupun mereka mempunyai masa lalu.

Wanita
Hal tersebut semakin sempurna ketika sejarawan wanita pun hanya menuliskan sedikit sejarah mengenai peran wanita, selebihnya (tentu lebih banyak) mengenai peran laki-laki. Di samping peran wanita yang marginal peran anak-anak pun sulit ditemukan dalam karya-karya sejarawan Indonesia. Selain sejarah itu milik laki-laki, sejarah juga milik orang dewasa. Hal yang patut disayangkan adalah peran wanita dan anak-anak kemudian ditulis oleh sejarawan asing.

Realitas lain yang juga luput dari mata sejarawan adalah mengenai identifikasi sosio-kultural yang menfokuskan pada Islam, dicontohkan akibat dari fokus ini, Islamisasi pada masa VOC seolah tidak ada yang ada hanya lah kristenisasi. Namun pada faktanya islamisasi masih terus ada pada masa VOC dan masa pemerintahan Hindia Belanda.

Islam juga hanya dikaitkan pada sisi teologisnya saja, padahal islam diterima oleh masyarakat pribumi tidak hanya pada sisi teologisnya saja tetapi juga sisi politis. Hal serupa terjadi juga pada etnis Cina. Etnis Cina pun di marginalkan dan kaitannya dengan islam tidak pernah dijelaskan seolah-olah Cina dan Islam seperti air dan minyak. Namun, pada kenyataanya Cina berkaitan erat dengan Islam.

Cheng Ho - Muslim Cina
Jadi, letak kegagalan historiografi Indonesiasentris berada pada cara pandang dan pemaknaan mengenai historiografi Indonesiasentris sendiri. Dalam buku ini dijelaskan bahwa peranan pribumi belum terlihat sepenuhnya. Peranan wanita dan anak-anak belum digali lebih jauh dalam penulisan sejarah padahal keduanya berperan penting dalam sejarah Indonesia. Disamping itu marginalisasi islam dan Cina pun masih terjadi dalam penulisan sejarah Indonesia.

C. Jalan Baru Historiografi Indonesiasentris

Masa Lalu = Sejarah?
Apa yang ditawarkan buku ini? Historiografi Indonesiasentris hendaknya benar-benar Indonesiasentris. Peletakan pribumi sebagai pelaku sejarah seharusnya dilakukan dengan sepenuhnya. Perlunya perumusan kembali mengenai sumber nonkonvensional sebagai sumber sejarah sehingga dapat mengonsepikan kembali konsep sejarah itu sendiri, karena ketidakhadiran sesuatu di dalam teks dokumentasi tidak pernah dipahami sebagai sesuatu yang menyejarah.

Sejarawan pun diajak untuk mulai memikirkan serta merumuskan kembali konsepsi historiografi Indonesiasentris. Perguruan tinggi pun sudah seharusnya memberikan wawasan baru, substansi baru, dan mulai melakukan pembenahan terhadap kurikulum yang dipakai selama ini.

Semua ini dilakukan dengan harapan sejarawan yang dihasilkan oleh perguruan tinggi mampu memahami masa kini dan masa depan masyarakat dengan melakukan rekonstruksi masa lalu yang mendekati objektivitas. Artinya sejarawan harus mampu menghasilkan karya sejarah yang berfungsi sebagai kritik sosial bukan sebagai pembenaran atau hanya mampu berdialog dengan dirinya sendiri.

Kesimpulan

Historiografi Indonesiasentris perlu untuk dirumuskan kembali. Banyak hal dalam historiografi indonesiasentris yang sebenarnya belum indonesiasentris, belum menempatkan pribumi sebagai pelaku sejarah sepenuhnya. Wanita, anak-anak, konflik internal, islam,dan Cina contohnya, semuanya masih belum nampak jelas dalam karya-karya sejarawan Indonesia. Disamping itu karya-karya sejarawan Indonesia sudah seharusnya tidak menjadi konsumsi pribadi melainkan menjadi konsumsi masyarakat demi masa depan yang lebih baik.

Daftar Sumber :
Purwanto, Bambang. 2006.
Gagalnya Historiografi Indonesiasentris!?. Yogyakarta: Ombak.

Sumber Gambar:
Gagalkah?
http://felnix.deviantart.com/ 

Bung Karno
http://nashir1992.blogspot.com/

Rakyat
http://vgsiahaya.wordpress.com/

Pencurian
http://www.wakrizki.net/

Wanita
http://ngerumpi.com/

Cheng Ho - Muslim Cina
http://un2kmu.wordpress.com/


Masa Lalu = Sejarah?
http://www.chilloutpoint.com/

Sunday 22 April 2012

SEKILAS MENGENAI KERATON SUROSOWAN

SEKILAS MENGENAI KERATON SUROSOWAN
oleh : Bimo Adriawan


Selayang Pandang Sejarah Keraton Surosowan

Benteng Surosowan
Keraton Surosowan didirikan pada masa Sultan Maulana Hasanudin pada tahun 1522-1526. Sultan Ageng Tirtayasa mempercantik istana Surosowan dengan menyewa tenaga ahli dari Portugal dan Belanda, di antaranya Hendrik Lucasz Cardeel. Benteng istana diperkuat dan dipojok-pojoknya dibangun bastion, bangunan setengah lingkaran dengan lubang-lubang tembak prajurit mengintai dan menembak musuh.


Belum lagi sistem parit dan saluran air bawah tanah ke dalam kompleks istana. Menurut Paulus Van Solt, pada 1605 dan 1607 benteng istana sempat mengalami kebakaran. Namun nasib istana Surosowan luluh lantak setelah Daendels memimpin pasukan Kompeni untuk menghancurkannya pada 21 November 1808.

Penerapan Metode Arkeologi Terhadap Situs Keraton Surosowan

Metode Arkeologi terdiri dari tiga tahap, yaitu :

1. Observasi

Keraton Surosowan
Observasi adalah tahap pertama dalam metode Arkeologi. Tahap ini adalah tahap untuk mengumpulkan data arkeologi yang terdiri dari data kepustakaan dan data lapangan. Data kepustakaan dapat diperoleh dari berbagai seumber tertulis seperti buku, gambar, foto, peta. Data lapangan diperoleh dari penjajagan atau pengamatan tinggalan arkeologi di situs tersebut dan survei berupa pengamatan yang disertai analisis mendalam. Pengumpulan data juga bisa dilakukan dengan eskavasi yaitu penggalian tanah yang dilakukan secara sistematik untuk menemukan temuan arkeologi.

Tahap pertama ini bisa kita terapkan pada situs Keraton Surosowan sebagai berikut :

Langkah pertama sebelum kita menuju ke lokasi situs, kita harus melakukan studi kepustakaan terlebih dahulu. Hal tersebut dimaksudkan supaya kita mengenali  dan memahami Keraton Surosowan berdasarkan temuan orang lain sehingga kita mengetahui harus berbuat apa terhadap Keraton Surosowan.

Langkah kedua, jika data kepustakaan telah terkumpul dan kita mendapatkan gambaran mengenai Keraton Surosowan. Langkah selanjutnya adalah melakukan penjajagan yang juga bisa disertai survei. Kita mengamati Keraton Surosowan secara langsung dan mulai menyusun langkah berikutnya. Survei bisa dilakukan dengan cara mewawancara penduduk sekitar yang mau dan mampu menjelaskan mengenai Keraton Surosowan sebagai langkah awal penelitian arkeologi. Terutama untuk menentukan tempat melakukan eskavasi.

Langkah terakhir dalam pengumpulan data adalah melakukan eskavasi. Setelah kita mengumpulkan data kepustakaan, data di lapangan yang terlihat, kita juga perlu melakukan penggalian situs untuk mencari tinggalan arkeologi yang masih berada di dalam tanah di situs Keraton Surosowan. Eskavasi sangat menunjang penelitian terhadap situs ini karena situs ini telah hancur dan kemungkinan besar terdapat peninggalan arkeologi yang tertimbun oleh tanah.

2. Deskripsi

Setelah data terkumpul, kita harus menguraikan data-data tersebut sehingga mendapat gambaran dan penjelasan mengenai data-data yang telah terkumpul..

Penerapannya dalam situs Keraton Surosowan adalah :

1. Analisis Arsitektur

Analisis aristektur dapat dibagi lagi menjadi 4 bagian, yaitu :

a. Analisis Morfologi

Bagian yang diamati dalam analisis ini adalah bagian kaki, tubuh, dan atap. Pada situs Keraton Surosowan dengan kondisi fisik bangunan yang sudah hancur, yang bisa dianalisis morfologi bersifat terbatas pada bagian dinding dan pondasinya saja. Bagian bawah Keraton Surosowan berundak-undak, bagian dindingnya dibuat berlapis-lapis menggunakan bata dan diperkirakan atapnya semakin atas semakin kecil dan meruncing.

b. Analisis Teknologi

Bagian pondasi dan dinding Keraton Surosowan menggunakan bata. Khusus untuk lantai ditemukan dua bahan yaitu bata dan ubin.

c. Analisis Gaya

Gaya Keraton Surosowan berbeda dengan gaya keratin-keraton lainnya. Di bentengnya terdapat bastion (bangunan setengah lingkaran tempat mengintai dan menembak musuh) yang berasal dari Eropa. Namun, secara umum gaya arsitektur Keraton Surosowan ini masih bergaya Jawa.

d. Analisis Kontekstual

Keraton Surosowan memiliki dua halaman, yaitu :

Sisa Keraton Surowosan


Dalam benteng
  1. Istana sultan
  2. Kolam Roro Denok
  3. Datulaya
  4. Kolam Pancuran Mas
  5. Gerbang utara
  6. Gerbang Timur
Luar benteng
  1. Alun-alun
  2. Watu gilang
  3. Masjid Agung Banten
  4. Bangunan Tiyamah
  5. Srimanganti
  6. Meriam Ki Amuk
  7. Baledana
3. Eksplanasi

Tahap terakhir adalah eksplanasi atau penafsiran terhadap data dan analisis yang telah kita lakukan. Eksplanasi dari data dan analisis untuk Keraton Surosowan adalah :

Sisa Keraton Surosowan 2
Berdasarkan data dan analisis yang telah dilakukan, dapat kita temukan bahwa Keraton Surosowan berbeda dengan keratin-keraton lainnya. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan Keraton Surosowan hanya memiliki dua halaman, yaitu dalam benteng dan luar benteng. Gaya keraton ini campuran antara gaya lokal dan eropa. Hal tersebut dipengaruhi oleh renovasi dan pembangunan bertahap karena ditemukan beberapa struktur yang tumpang tindih.



Daftar Sumber :

Indonesia, Depdiknas.Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.1999.

Metode Penelitian Arkeologi. Indonesia: Depdiknas.

http://journal.ui.ac.id/?hal=download&q=256.

http://www.arsitekturindis.com/?p=341

http://id.wikipedia.org/wiki/Keraton_Surosowan_Banten.htm

Sumber Gambar :

Benteng Surosowan

Keraton Surosowan

Sisa Keraton Surosowan


Sisa Keraton Surosowan 2
http://raddien.blogspot.com/

Saturday 21 April 2012

AKAR PERKEMBANGAN AGAMA DAN FILSAFAT DI INDIA

Akar Perkembangan Agama dan Filsafat di India

Reruntuhan Mohenjo Daro
Pendahuluan

India merupakan wilayah yang sangat subur, kesuburan wilayah ini membuat India menjadi tempat lahirnya peradaban tua Sungai Indus seperti Kota Mohenjo Daro dan Harappa (ca. 4000-2500 SM). Lahir dan berkembangnya peradaban tersebut tidak lepas dari peran Sungai Gangga dan Indus yang melalui wilayah tersebut. 

Kondisi geografis ini yang menunjang berkembangnya kedua peradaban tadi. Bahkan yang lebih menarik lagi, peradaban kuno Sungai Indus mampu mengolah potensi alam berupa sungai sedemikian rupa sehingga tidak hanya sebagai penyubur tanah tetapi juga sebagai penyuplai air dan alat penghubung antara pegunungan dan hutan. Pada periode ini pemujaan terhadap dewa/dewi sudah mulai berkembang.

Kedatangan Bangsa Arya

Ras Arya
Bangsa Arya (dari bahasa Sanskerta Arya, "mulia") mulai datang ke Indus pada ca. 1500 SM. Kedatangan Bangsa Arya ini membawa dampak yang besar bagi kehidupan masyarakat di wilayah Indus dan India secara keseluruhan. Awalnya mereka menetap di daerah Indus, Yamuna dan dataran Gangga. 

Bangsa Arya berbicara menggunakan bahasa dari rumpun Indo-Eropa yaitu Sanskerta (berbeda dengan masyarakat sekitar yang berbicara dengan bahasa Urdu) dan yang paling mendasar adalah mereka menyembah dewa-dewa yang mirip dengan Yunani dan wilayah Eropa Utara. Berawal dari sinilah kemudian berkembang apa yang disebut Weda dan Upanisad.

Weda dan Upanisad

Weda sebagaimana kita ketahui adalah kitab suci agama Hindu. Pada awalnya Weda disampaikan secara lisan. Baru setelah tulisan dikenal, Weda kemudian ditulis. Maharesi Byasa, menyusun kembali Weda dan membagi Weda menjadi empat bagian utama, yaitu: Regweda, Yajurweda, Samaweda dan Atharwaweda. 

Regweda
Dari jumlah tersebut, Regweda diyakini paling awal. Terdiri dari teks-teks lagu pujian, mantra-mantra, dan ritual di kalangan bangsa Arya. Berangkat dari masuknya bangsa Arya dan Weda filsafat dan agama mulai berkembang dengan pesat di wilayah India.

Sebagian besar puisi-puisi Weda cenderung mengisahkan tentang kegiatan dari berbagai dewa. Namun beberapa himne Weda tema filsafat yang menjadi penting dalam periode berikutnya, seperti henoteisme yang merupakan kunci untuk banyak teologi Hindu. Henoteisme adalah gagasan bahwa satu Tuhan mengambil banyak bentuk, dan meskipun beberapa orang dapat menyembah dewa-dewa dan dewi yang berbeda, tetapi sebenarnya mereka memuja satu Tuhan.

Teks Upanishad
Selain Weda dikenal juga Upanisad. Upanisad adalah teks yang mengandung filsafat yang merupakan elaborasi Weda. Pada masa ini muncul keraguan mengenai Weda terbukti dari doktrin-doktrin yang terdapat di dalam Upanisad. 

Filsafat eksistensialisme mulai berkembang, mereka bertanya mengenai asal, tujuan, dan akhir kehidupan mereka. Perhatian filosofis khusus dari Upanishad adalah dengan sifat realitas. Ada sebuah perkembangan menuju konsep yang tertinggi, dan pengetahuan diarahkan kepada hal itu. 

Hal yang fundamental bagi semua pemikiran Hindu adalah persamaan dalam Upanishad, dari atman (diri) dengan Brahman (realitas tertinggi). Sifat moralitas dan kehidupan kekal dibahas dalam Upanishad, tema-tema seperti sebagai transmigrasi jiwa dan kausalitas dalam penciptaan. 

Tema lain meliputi sifat dan tujuan dari keberadaan, berbagai cara meditasi dan ibadah, eskatologi, keselamatan. Pada masa epos (ca 1000-500 SM) filsafat ini semakin dipertegas dengan munculnya kelas pendeta. Pada periode ini juga lahir dua karya sastra heroik bangsa Arya yaitu, Mahabarata dan Ramayana.

Hindu dan Buddha

Upanishad terus mengalami perkembangan. Perkembangan Upanishad tidak terlepas dari peran kelas pendeta yang muncul pada periode epos. Peran dominan para pendeta yang disebut Brahmana ini membuat adat baru yang berda di luar Upanishad sendiri. Adat tersebut dikenal dengan nama Hindu. 

Hindu
Hindu sendiri sebenarnya masih berpatokan kepada Upanishad akan tetapi mengalami penambahan seperti teori kasta dan reinkarnasi. Hindu juga mengambil pandangan politeistik namun belum jelas apakah terdapat perbedaan antara politeistik Hindu dengan “politeistik” Upanishad dan Weda pada periode sebelumnya. 

Pandangan tersebut menerangkan Upanishad dan juga Weda memahami bahwa tuhan mengambil beberapa bentuk sehingga orang-orang yang menyembah dewa-dewa atau dewi yang berbeda hakikatnya menyembah tuhan yang satu. Pada adat Hindu kasta juga dijadikan suatu hal yang religius.

Perkembangan selanjutnya adalah pada 567 SM. Pada tahun itu lahirlah agama Buddha yang bisa dikatakan sebagai anti-thesis dari agama Hindu. Jika Hindu merubah Upanishad dengan menambahkan beberapa teori baru, Buddha sangat kental akan filosofi dari Upanishad bahkan bisa dikatakan Buddha lebih cenderung sebuah filosofi daripada agama. 

Buddha
Buddha memiliki persamaan dengan Hindu yaitu sama-sama mempercayai adanya reinkarnasi. Perbedaan terlihat jelas pada pengadopsian teori kasta, jika Hindu mengadopsinya dan menjadikannya sebagai salah satu bagian dari agamanya, Buddha menentang keras adanya kasta karena kasta bukan merupakan ajaran dari Upanishad. Buddha pun lebih terbuka, siapa saja boleh memeluknya.

Kesimpulan

India merupakan wilayah yang subur sehingga peradaban kuno berkembang di wilayah ini. Kedatangan bangsa Arya membawa warna baru bagi kehidupan paska peradaban Sungai Indus. Pengenalan bahasa Sanskerta dan pengenalan filsafat membawa kemajuan dan kelahiran agama Hindu dan Buddha. 

Filsafat tersebut berbentuk himne-himne yang berisi pujian-pujian dan disampaikan secara lisan. Setelah dikenal tulisan, filsafat tersebut mulai ditulis dan dinamakan Weda yang terdiri dari empat bagian. Weda kemudian mengalami perkembangan yang pesat yang kemudian menghasilkan filsafat yang lebih kompleks yang dituangkan dalam Upanishad.

Kedua kitab ini terus mengalami perkembangan dan akhirnya muncul kelas pendeta yang membuat adat berdasar pada Upanishad dengan penambahan-penambahan, adat tersebut dinamakan Hindu. Pada perkembangan selanjutnya munculah Buddha yang merupakan anti-thesis dari Hindu, Buddha lebih terbuka dan berusaha memurnikan filsafat Upanishad. Kompleksitas tersebut sangat menarik untuk dikaji dan apakah “tren” terjadi juga pada pusat peradaban kuno lainnya (Mesopotamia, Mesir, atau Sungai Kuning)? Mari kita kaji bersama.

DAFTAR SUMBER :

Presentasi Pak Fadly, Dosen Ilmu Sejarah Unpad

Oldenburg, Philip. "India." Microsoft® Encarta® 2009 [DVD]. Redmond, WA: Microsoft Corporation, 2008.

Shaffer, Jim G. "Mohenjo-Daro." Microsoft® Encarta® 2009 [DVD]. Redmond, WA: Microsoft Corporation, 2008.

"Upanishads." Microsoft® Encarta® 2009 [DVD]. Redmond, WA: Microsoft Corporation, 2008.

"Aryan." Encyclopædia Britannica. Ultimate Reference Suite.  Chicago: Encyclopædia Britannica, 2009.

"India." Encyclopædia Britannica. Ultimate Reference Suite.  Chicago: Encyclopædia Britannica, 2009.

"Upanishad." Encyclopædia Britannica. Ultimate Reference Suite.  Chicago: Encyclopædia Britannica, 2009.

"Veda." Encyclopædia Britannica. Ultimate Reference Suite.  Chicago: Encyclopædia Britannica, 2009.

http://id.wikipedia.org/wiki/Upanisad

http://id.wikipedia.org/wiki/Weda

Sumber Gambar:
Reruntuhan Mohenjo Daro
http://www.nationalgeographic.com/

Ras Arya
http://www.newsnet14.com/ 

Regweda 
http://religiku.wordpress.com/

Teks Upanishad
http://aaaummm.wordpress.com/ 

Hindu
http://www.hcina.org/ 

Buddha 
http://lostpedia.wikia.com/

Thursday 19 April 2012

SEDIKIT TENTANG INTERPRTASI DAN OBJEKTIVITAS

SEDIKIT TENTANG INTERPRTASI DAN OBJEKTIVITAS


INTERPRETASI

Vas atau Dua Wajah
Interpretasi menurut kamus bahasa Indonesia berarti pemberian kesan, pendapat dan pandangan teoritis terhadap sesuatu; tafsiran. Interpretasi merupakan bagian dari filsafat sejarah kritis. Interpretasi terbagi menjadi dua, yaitu:


Interpretasi Monistis

Adalah interpretasi yang bersifat satu sisi suatu penafsiran yang hanya mencatat peristiwa besar dan orang besar, yang bersifat tunggal.

Interpretasi Teologis

Interpretasi yang menekankan bahwa sejarah ditentukan oleh takdir Tuhan, manusia hanya menerima nasibnya. Konsekuensi dari paham itu ialah gerak sejarah bersifat pasif karena semua peristiwa terlebih dahulu ditentukan oleh Tuhan.

Interpretasi Geografis

Posisi Menentukan Prestasi
Interpretasi geografis menekankan bahwa peranan sejarah ditentukan oleh faktor geografis. Mudahnya dapat dikatakan bahwa jika tidak ada bumi maka dapat dipastikan tidak ada sejarahnya. Letak bumi dan bentuk tanahnya akan memengaruhi pula hidup dan cara hidup suatu bangsa. Namun, jika segala sesuatunya ditentukan dengan interpretasi "letak" akan memengaruhi jalanya sejarah suatu bangsa (determinisme-geografis) maka hal itu tidak dapat dipertahankan.

Interpretasi Ekonomi

Interpretasi yang menekankan bahwa sejarah ditentukan hanya oleh faktor ekonomi. Ditekankan pula bahwa tidak dapat diingkari faktor ekonomi besar sekali peranannya dalam gerak sejarah. Timbul pertanyaan mengapa cara hidup suatu suku bangsa di Indonesia berbeda padahal ekonominya hampir sama.

Interpretasi Rasial

Ras Menentukan Prestasi ?
Interpretasi yang menekankan bahwa ras atau bangsa berperan menentukan gerak sejarah. Secara keilmuan interpretasi ini tidak dapat dipertanggungjawabkan. Tidak ada hubungan antara kebudayaan suatu bangsa dengan rasnya.

Interprertasi Pluralis

Perkembangan-perkembangan sosial, budaya, politik, dan ekonomi yang merupakan pola kehidupan manusia. Perkembangan kehidupan manusia dan peradabannya bersifat ganda (multi kompleks). Di dalam konsepsi mengenai menyeluruhnya masa lampau manusia ini tersirat anggapan bahwa ada beberapa pengaruh yang dapat diterima mengenai sejarah dan bukan satu macam saja yang merupakan satu-satunya yang benar. Kekinian para sejarawan lebih cenderung untuk memberikan interpretasi pluralis mengenai seuatu sebab. Mereka beranggapan bahwa kemajuan gerak sejarah didorong oleh akal manusia yang ditandai oleh kemajuan ilmu.

Arnold Toynbee
Pada masa kini memang filsafat monistis telah digunakan khususnya mengenai pertumbuhan dan kemunduran kebudayaan. Olswald, Toynbee, Croce dan kawan-kawan menantang golongan pluralis, mereka beranggapan bahwa pasang surut kebudayaan yang didukung oleh akal membawa benih kehancuran bagi perkembangan kebudayaan, karena itu mereka mencari kepercayaan yang tidak sepenuhnya didukung oleh akal.

Kesimpulanya, interpretasi adalah penafsiran yang terbagi menjadi dua yaitu interpretasi monistis dan interpretasi pluralis. Sederhananya interpretasi monistis menafsirkan hanya dari satu sisi. Sedangkan interpretasi pluralis menekankan penafsirannya kepada banyak sisi.

Dilihat dari penafsiran kedua model interpretasi ini terhadap perkembangan kebudayaan, dua model interpretasi ini menjelaskan bahwa perkembangan kebudayaan mengalami kemunduran (interpretasi monistis) dan perkembangan kebudayaan mengalami kemajuan (interpretasi pluralis).Jadi, jelas telihat ternyata kedua model interpretasi diatas mendapat pengaruh dari dua teori yang menjelaskan gerak sejarah, yaitu materialisme dan idealisme walaupun tidak begitu kentara.

OBJEKTIVITAS

Objektif?
Secara lebih khusus, Scheffler mengartikan obyektivitas pengetahuan keilmuan sebagai usaha-usaha publik yang secara sistematik dikontrol oleh logika fakta empiris, yang bertujuan untuk memformulasikan kebenaran dunia ilmu, ilmu pada dasarnya terletak pada pendekatan yang objektif dan teliti terhadap analisis dan interpretasi dari dunia, termasuk masyarakat manusia.

Pada hakikatnya, ilmu berusaha untuk memberikan deskripsi yang objektif (= sebagaimana adanya) terhadap realitas alam dan perilaku manusia. Model yang dipakai itu senantiasa diusahakan agar mampu memberikan deskripsi yang paling objektif, untuk mendekati kenyataan yang sebenarnya, dengan kata lain selaras dengan alam luar yang keberadaannya diyakini. Semakin seksama (accurate), semakin umum (general), semakin sederhana (simple) dan jika semakin bagus (elegant) model itu dan teori yang di bangun berdasarkan model tersebut, makin baik “Ilmu hanya berusaha menggungkapkan sepenuh mungkin makna ciptaan”.

Sumber Gambar: 

Vas atau Dua Wajah
https://devcentral.f5.com/

Posisi Menentukan Prestasi
http://fairuzelsaid.wordpress.com/

Ras Menentukan Prestasi ?
http://www.republika.co.id/


Arnold Toynbee
http://nasherooy.blogspot.com/

Objektif?
http://taufikkurniawan.com/

Tuesday 17 April 2012

SEKELUMIT TOKOH EKONOMI INDONESIA

SEKELUMIT TOKOH EKONOMI INDONESIA
oleh: Bimo Adriawan


Pendahuluan
Pembangunan
Ekonomi adalah faktor yang turut serta menentukan posisi kesejahteraan suatu bangsa. Kestabilan ekonomi dan pertumbuhannya sangat berperan dalam kemajuan serta pembangunan yang sedang gencar dilakukan oleh bangsa Indonesia. Setelah kemerdekaan sampai sekarang perekonomian belum menunjukkan kestabilan, mungkin pada saat orde baru ekonomi bangsa Indonesia berada dalam kondisi yang cukup stabil meskipun dibaliknya banyak catatan hitam. 

Kondisi perekonomian kembali goyah pasca reformasi setidaknya hal tersebut dapat diamati dari jumlah pengangguran terdidik yang merangkak naik, harga barang yang melambung tinggi, dan nilai tukar rupiah yang lemah. Banyak tokoh Indonesia yang berjuang untuk memperkuat perekonomian bangsa Indonesia. 

Perjuangan para tokoh Indonesia untuk memperbaiki ekonomi Indonesia patut kita hargai meskipun kerap kali para pejuang ekonomi terlilit dengan kasus-kasus berkaitan juga dengan ekonomi yang membuat namanya tercemar.Berikut adalah dua tokoh dari banyak tokoh yang berjuang demi kemajuan ekonomi bangsa Indonesia :

Ibnu Sutowo (1914-2001) 

Ibnu Sutowo
Ibnu Sutowo lahir di Yogyakarta pada tanggal 23 September 1914 dan meninggal di Jakarta pada tanggal 21 Januari 2001. Ibnu Sutowo merupakan seorang dokter yang bertugas di Palembang dan Martapura pada tahun 1940. 

Pasca kemerdekaan ia sempat bertugas sebagai Kepala Jawatan Kesehatan Tentara se-Sumatera Selatan (1946-1947). Masuknya Ibnu Sutowo ke militer sangat dimungkinkan karena pasca kemerdekaan Indonesia, bangsa ini membutuhkan banyak tenaga untuk memperkuat pertahanan karena melihat kemungkinan Belanda akan kembali lagi untuk menguasai Indonesia. Posisi militer tertinggi yang dijabat oleh Ibnu Sutowo adalah sebagai Pangdam Sriwijaya pada tahun 1955 dengan pangkat kolonel.

Pada tahun 1957, Ibnu Sutowo ditempatkan oleh atasannya Nasution sebagai pimpinan perusahaan minyak baru yang diberi nama Permina (perusahaan Minyak Nasional). Masuknya tentara ke dalam Industri minyak ini disebabkan oleh pengelolaan yang buruk karena pengambilalihan perusahaan itu tidak terlihat manfaatnya terhadap perekonomian dan juga tentara. 

Karena alasan itu lah Nasution menempatkan Ibnu Sutowo yang memiliki kemampuan administrasi yang baik sebagai pimpinan Permina. Pada tahun 1968 pemerintah memfokuskan kebijakan ekonominya pada minyak, meskipun industri lain yang memerlukan modal intensif dan teknologi tinggi serta menghasilkan mineral dan karet juga berkembang pesat.

Pertamina
Pengeboran lepas pantai dimulai pada tahun 1966 dan berkembang pesat pada tahun 1968. Pada Agustus 1968, peran bisnis tentara semakin kokoh ketika perusahaan minyak Pertamin (1961) dan Permina digabung menjadi Pertamina (Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara).

Ibnu Sutowo segera memperoleh reputasi internasional karena manajemennya yang agresif dan penuh visi. Pertamina hanya melakukan sedikit pengeboran sendiri, selebihnya perusahaan ini (bukan pemerintah) mengadakan perjanjian pembagian produksi dengan perusahaan asing. 

Pada era Ibnu Sutowo, produksi minyak tumbuh sekitar 15% pada tahun 1968-1969 dan hampir 20% pada tahun 1970. Kondisi tersebut didukung oleh para teknokrat yang mampu mengendalikan inflasi. Inflasi dapat berkurang sampai sekitar 85% pada tahun 1968, tetapi banyak rakyat belum merasakan kesejahteraan.

Perkembangan selanjutnya, rencana ekonomi pemerintah bergantung pada pengendalian pendapatan minyak, yang berarti harus mampu mengendalikan Pertamina. Di bawah kepemimpinan Ibnu Sutowo, Pertamina telah tumbuh menjadi salah satu korporasi terbesar di dunia. Pertamina menghasilkan sendiri 28.2% minyak nasional pada akhir tahun 1973 dan mengadakan perjanjian pembagian produksi dengan Caltex (menghasilkan 67.8% minyak) dan Stanvac (3.6%). 

Bina Graha
Pertamina juga menguasai 7 kilang minyak Indonesia, terminal-terminal minyak 116 kapal tangki, 102 kapal lainnya, dan sebuah masakapai penerbangan. Pertamina juga menanamkan modalnya di perusahaan semen, pupuk, gas alam cair, baja, rumah sakit, perumahan, pertanian padi, dan telekomunikasi, serta membangun kantor eksekutif kepresidenan (Bina Graha) di Jakarta. 

Hampir semua kebijakan Pertamina berada di luar kendali pemerintah dan untuk mendanai kebijakannya dilakukan hutang besar-besaran yang akhirnya membuat pemerintah memperketat syarat-syarat peminjaman dana oleh Ibnu Sutowo dari luar negeri. Pada bulan Februari 1975, Pertamina tidak mampu lagi membayar pinjamannya dari beberapa bank Amerika dan Kanada. Akhirnya pada tahun 1976, Ibnu Sutowo diberhentikan sebagai dirut Pertamina.

Kesimpulan
Ibnu Sutowo adalah seorang militer yang ditugaskan untuk menjabat sebagai pimpinan Permina (yang pada tahun 1968 berubah menjadi Pertamina selelah bergabung dengan Pertamin). Di bawah kepemimpinan Ibnu Sutowo, Pertamina menjadi sebuah perusahaan Negara yang besar dan turut mendongkrak perekonomian di Indonesia. Artinya penunjukan Ibnu Sutowo oleh Nasution membawa dampak yang baik. Kita seharusnya menghargai jasa Ibnu Sutowo dalam bidang ekonomi, di bawah kepemimpinannya Pertamina pada akhir 1960-an dan awal 1970-an menjadi perusahaan yang berkontribusi besar dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi bangsa Indonesia.

Sumitro Djojohadikusumo (1917-2001)
Sumitro

Profesor Sumitro Djojohadikusumo adalah ahli ekonomi Indonesia yang mengeluarkan kebjiakan Sistem Ekonomi Gerakan Benteng ketika ia menjabat sebagai menteri perdagangan (1950-1953). Pada masa ia menjabat sebagai Menteri Perdagangan (1950-1953), Sumitro berusaha mengubah struktur ekonomi yang berat sebelah dengan menumbuhkan industrialisasi. 

Sasaran rencana itu dipusatkan pada pembangunan industri dasar, seperti pabrik semen, percetakan, pabrik karung, dan pemintalan. Kebijakan itu diikuti dengan perbaikan prasarana, liberalisasi pertanian, dan penanaman modal asing. Sumitro berpendapat bahwa bangsa Indonesia harus segera ditumbuhkan menjadi kelas pengusaha. 

Para pengusaha Indonesia yang pada umumnya bermodal lemah, diberi kesempatan untuk dapat berpartisipasi dalam membangun ekonomi nasional. Mereka harus dibimbing dan diberi bantuan kredit karena pemerintah menyadari bahwa pada umumnya mereka tidak mempunyai cukup modal. Dengan usaha secara bertahap. Pengusaha akan berkembang maju. Tujuannya adalah mengubah struktur ekonomi colonial ke struktur ekonomi nasional. Program Sumitro ini dikenal dengan nama Gerakan Benteng.

Selama tiga tahun (1950-1953) kurang lebih 700 perusahaan bangsa Indonesia mendapat program benteng. Namun, usaha tersebut tidak mencapai sasaran, karena pengusaha-pengusaha Indonesia ternyata lamban untuk menjadi dewasa. Bahkan ada yang menyalahgunakan bantuan tersebut. 

Bangkrut
Kegagalan program itu disebabkan pengusaha pribumi tidak dapat bersaing dengan pengusaha nonpribumi, dalam rangka pelaksanaan ekonomi liberal. Faktor lain berasal dari mentalitas pengusaha kita yang cenderung pada pola konsumtif, sehingga berkeinginan cepat mendapat keuntungan yang besar dan menikmati hidup mewah.

Kesimpulan
 
PRRI Permesta
Sumitro Djojohadikusumo adalah seorang ahli ekonomi Indonesia yang telah mencoba untuk mendongkrak pertumbuhan perekonomian bangsa Indonesia. Pemberian modal usaha untuk rakyat masih dilakukan sampai sekarang dengan perbaikkan di sana sini. Kita patut menghargai usaha dan program yang ia laksanakan selama menjadi pejabat di negeri ini. Bapak dari Prabowo Subianto ini juga sempat bergabung dalam PRRI (Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia) bersama Natsir, Burhanuddin Harahap dkk. Walaupun akhirnya dapat ditumpas oleh TNI. Hal tersebut tidak membuat nama Sumitro Djojohadikusumo menjadi tercemar. Keahliannya dalam bidang ekonomi membuat Presiden Soeharto menunjuknya menjadi Menteri Perdagangan pada tahun 1968. Sumitro adalah ekonom Indonesia yang patut kita banggakan.

Sumber Gambar: 
Pembangunan

Ibnu Sutowo

Pertamina

Bina Graha

Sumitro

Bangkrut

PRRI Permesta

Monday 16 April 2012

MIKHAIL ALEXANDROVICH BAKUNIN

Mikhail Alexandrovich Bakunin
(Михаи́л Алекса́ндрович Баку́нин)
oleh: Bimo Adriawan

Bakunin
(30 Mei 1814-1 Juli 1876) 

Biografi Singkat

Mikhail Alexandrovich Bakunin (Bakunin) lahir pada musim semi tanggal 30 Mei 1814 di Desa Pryamukhino Propinsi Tver dan meninggal pada tanggal 1 Juli di Bern (Swiss). Bakunin terlahir sebagai anak tertua dari keluarga tuan tanah kecil di propinsinya.

Pada usia 15 tahun Bakunin dikirim ke kota St. Petersburg untuk menempuh pendidikan militer di sekolah artileri. Kemudian dia menjadi perwira junior Kerajaan Rusia. Ia ditempatkan pada unit militer di perbatasan Polandia. Pada tahun 1835 ia keluar dari kemiliteran dan mulai mempelajari filsafat di Moskow.

Perjalanan Menuju Anarkisme

Di Moskow ia banyak bersentuhan dengan berbagai macam pemikiran filsafat. Filsafat yang pertama kali ia pelajari adalah Filsafat Kant. Kemudian Baknunin pun mempelajari dialektika Hegelian. Pada tahun 1840 ia pergi ke Berlin untuk mempelajari lebih dalam dan menyelesaikan studi tentang filsafat Hegel. Ia kemudian menjadi penganut filsafat Hegel sama seperti Marx dan Engels, perbedaannya Bakunin mengambil jalan radikal dari filsafat Hegel.

Dresden
Setelah pindah ke Dresden, Bakunin menerbitkan paham revolusioner perdananya dalam sebuah jurnal radikal pada tahun 1842. Dalam tulisannya yang berjudul “The Reaction in Germany” diakhiri oleh aphorisme terkenal,yaitu “Keinginan besar untuk menghancurkan juga keinginan besar yang kreatif”1 Akibat tulisannya itu, Bakunin diperintahkan untuk kembali ke Rusia dan karena penolakannya ia juga harus kehilangan paspornya. Akhirnya ia tinggal di Paris pada tahun 1844 setelah periode singkat di Swiss dan Belgia.

Ketika di Paris, Bakunin bertemu dengan tokoh-tokoh sosialis seperti Marx dan Proudhon. Kedua tokoh sosialis tersebut menginspirasi Bakunin dan membuat pemikirannya terus berkembang. Bakunin sangat terinspirasi oleh Proudhon dan kemudian ia menjadi penerus pemikiran Proudhon dalam hal Anarkisme.

Pada akhir 1861, Bakunin pergi ke London, Inggris. Di sana ia bertemu kembali dengan Herzen yang terakhir ditemuinya di Paris pada tahun 1847. Setelah 14 bulan tinggal di Inggris, Bakunin pergi ke Polandia sebagai sukarelawan setelah terjadi kerusuhan di Polandia pada tahun 1863.

Pertentangan dengan Marx

Karl Marx
Pada 1864 ia pergi ke Italia dan menjadi penduduk di sana selama empat tahun. Ia mulai membangun jaringannya dan ketika ia tinggal di Jenewa pada tahun 1868 ia bergabung dengan First International2. Di sinilah mulai terjadi pertentangan dengan golongan Marx. Kelompok Bakunin kemudian dikeluarkan dari Internasionale I pada tahun 1872 saat Kongres Hague.

Kelompok anarkis pimpinan Bakunin kemudian mengadakan Kongres sendiri di St. Imier dan menghasilkan program-program revolusioner kelompok anarkis. Meskipun Bakunin sangat menghormati Marx, dan menganggap Marx sebagai salah satu gurunya, banyak konsep-konsep Marx yang sangat ditentangnya. Bakunin tidak menyetujui konsep Marx tentang "sosialisme otoriter" dan "kediktatoran kaum proletar". Bakunin menyamakan konsep itu dengan kediktatoran Rusia dibawah pemerintahan Tsar Nicholas I.

Kesimpulan

Sosialisme
Filsafat politik Bakunin dapat disimpulkan dalam beberapa poin yaitu : kebebasan (liberty); (2) sosialisme; anti-theisme; federalisme; materialisme. Konsep "liberty" Bakunin adalah "kebebasan sosialisme" (socialism liberty) yaitu kesamaan untuk semua. Karena setiap orang mempunyai hak-hak asasi yang sama dan terlibat dalam proses produksi yang sama maka semua fasilitas seperti pendidikan, pelayanan, dan lain-lain harus dinikmati secara sama oleh setiap orang. Kebebasan juga berarti perlawanan atas segala bentuk otoritas individu dan kolektif yang dimiliki oleh segelintir orang. Dalam hal ini Bakunin termasuk golongan "collectivist anarchism".

Konsep federalisme Bakunin adalah konsep dimana masyarakat harus diorganisir berdasarkan kebebasan individu-individu. Organisasi itu adalah organisasi yang bebas mengidentifikasikan dan mengasosiasikan dirinya tanpa adanya suatu paksaan. Maksud Bakunin adalah lebih menyerupai organisasi federasi kaum pekerja.

Anarkisme di Yunani
Berbeda dengan Proudhon, Bakunin melegalkan gerakan-gerakan dalam bentuk aksi langsung (direct action) dari perjuangan kelas buruh. Dia menyebutkan bahwa kekerasan, selama ditujukan kepada negara, adalah suatu tindakan yang diperlukan. Sejak Bakunin, perjuangan kaum anarkis kemudian berubah menjadi perjuangan yang penuh dengan kekerasan dan pemberontakan. Cara Bakunin menjalankan pemikirannya dalam bentuk kekerasan kemudian diikuti oleh tokoh-tokoh anarkis yang lain seperti Alexander Berkman, Errico Malatesta dan Peter Kropotkin.

Keterangan: 
1 Dalam bahasa inggris “The passion for destruction is also a creative passion.

2 Federasi buruh yang bertujuan untuk mengubah masyarakat kapitalis manjadi persemakmuran sosialis.

Daftar Sumber :

"Bakunin, Mikhail Aleksandrovich." Encyclopædia Britannica. Ultimate Reference Suite.  Chicago: Encyclopædia Britannica, 2009.

"anarchism." Encyclopædia Britannica. Ultimate Reference Suite.  Chicago: Encyclopædia Britannica, 2009.

http://www.geocities.com/CapitolHill/Lobby/3998/contents.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Anarkisme

http://id.wikipedia.org/wiki/Mikhail_Bakunin

Sumber Gambar: 
Bakunin (30 Mei 1814-1 Juli 1876)
http://miguelbakunin.wordpress.com/


Dresden
http://www.easyprague.cz/ 

Karl Marx
http://www.messagefrommasters.com/

Sosialisme
http://www.addictinginfo.org/

Anarkisme di Yunani
http://www.occupiedlondon.org/

Try Out Online Soal Penilaian Akhir Semester (PAS) I Bahasa Indonesia

Selamat datang di halaman Try Out Online Soal Penilaian Akhir Semester (PAS) I Bahasa Indonesia. Di sini para siswa bisa berlatih menjawab s...